Evyanty sudah terjun ke bisnis keripik pisang pada awal tahun 2016 setelah lama berprofesi sebagai tukang jahit. Pada saat itu, modal pertamanya hanyalah Rp20.000 yang didapat dari hasil keuntungan jasa menjahit. Modal itu dibuat satu loyang cake pandan yang dititipkan ke warung kopi dengan naik sepeda satu jam dari rumah.
“Keuntungannya diputar kembali sambil menabung di pelatihan Inkubator Bisnis UKM,” cerita Evy. Di pelatihan Inkubator Bisnis UKM, ia belajar tentang cara membuat keripik pisang. Dari sinilah ia memulai bisnisnya sedikit demi sedikit hingga berhasil mendirikan CV. Benazqa Cipta Kreasi.
Dua produk andalannya adalah Keripik Pisang Benza dan Minuman Leci Rumput Laut. Omzet per bulannya saat ini adalah 3-4 juta rupiah. “Sekarang saya sudah mampu membeli sepeda motor dan tablet untuk menunjang usaha.” Inilah bukti bahwa hidup memang seperti roda.
Jika ia dulu berada di bawah, sekarang sudah mulai naik dan semoga bisa berada di puncak. Jika ia dulu harus ditinggal oleh suami dan terpaksa menitipkan anak-anaknya ke panti asuhan, sekarang ia sudah menikmati hasil kerja kerasnya. Anak pertamanya menjadi dosen di Garut dan anak kedua/ketiganya menjadi chef di Pontianak.
Jika ia dulu hanya bisa menulis merek Benza dengan pulpen di atas kertas lalu diperbanyak dengan cara difotokopi, sekarang dalam tiga hari ia telah mampu memproduksi 35-40 kg keripik pisang bersama ketiga anak lainnya. Menjelang lebaran, ia bisa memproduksi lebih dari 50 kg untuk memenuhi pesanan dari Depok, Bekasi, dan Jakarta.
Target selanjutnya adalah membuka sekolah keterampilan menjahit dan kuliner. “Saya ingin mengumpulkan anak-anak putus sekolah dan kurang mampu untuk diajarkan menjahit dan membuat produk kuliner,” ujarnya.[]
Instagram Kami